Sejarah uang logam pada dasarnya sangat menarik untuk diketahui dan dipelajari. Apalagi sampai sat ini uang logam juga masih menjadi alat pembayaran yang sah. Alat transaksi ini terbuat dari bahan dasar aluminium, nikel, atau kuningan.
Sejak zaman dulu, uang logam ini juga sering dijadikan sebagai alat transaksi hingga sampai saat ini. Lantas, bagaimana sejarah lengkapnya, yuk simak!
Ini Sejarah Mulai Digunakannya Uang Logam
Sejarah uang logam pada dasarnya sudah sangat lama dibahas. Terkait hal ini, alat transaksi ini juga telah digunakan sejak lama sebagai pembayaran yang sah. Awal mula digunakan alat transaksi berupa uang logam ini adalah pada saat peradaban bangsa Lydia.
Saat itu bisa dibilang bahwa bangsa Lydia ini merupakan seorang pionir dalam menggunakan uang logam ini. Dalam hal ini, Kerajaan Lydia juga telah memiliki hubungan dengan bangsa Yunani Kuno. Hubungan yang terjalin terkait penggunaan alat transaksi ini sudah berlangsung sejak 700 SM. Dulu, sejarah uang logam Lydia dibuat dari elektrum, yaitu campuran antara bahan perak dan emas.
Terkait kombinasi antar keduanya ini mulai menghasilkan warna kuning muda. Selain dari bangsa Lydia, sejarahnya ini juga ditemukan pada Pulau Aegina, Yunani. Saat itu, uangnya ini telah digunakan oleh para penduduk di pulau Aegina sejak tahun 700 – 500 SM.
Dalam periodenya tersebut diketahui hampir berdekatan dengan peradaban bangsa Lydia. Namun seiring berkembangnya zaman, bahan dasar pembuatan koin ini tidak hanya emas atau perak saja.
Jadi dalam pembuatannya juga dicampurkan bahan dasar berupa tembaga dan logam jenis lainnya. Tujuan dicampurkannya bahan-bahan tersebut agar menjadikan uang logam atau koin menjadi lebih kuat.
Sejarah Uang Logam di Indonesia
Terkait sejarah koin di Indonesia, kini keberadaannya masih digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia. Hanya saja, jika dibandingkan dengan uang kertas, koin memiliki nominal yang jauh lebih kecil.
Terkait nominal uang logam di Indonesia umumnya bervariasi, seperti Rp100, Rp200, Rp500, hingga Rp1000. Di Indonesia, bahan dasar dari pembuatan uang logam ini adalah alumunium, kuningan atau nikel.
Dari ketiga bahan tersebut, diketahui mempunyai berbagai karakteristiknya sendiri. Misal, uang logam atau koin berbahan dasar aluminium akan memiliki bobot lebih ringan jika dibandingkan dengan kuningan dan nikel.
Di i Indonesia, koin berbahan dasar aluminium pertama kali dicetak pada tahun 1952. Terkait cetakan pertamanya berupa nominal Rp 50 sen dan sampai saat ini masih banyak dijumpai dengan nominal Rp 500 dan Rp 1000. Jika membahas mengenai sejarah uang logam, di Indonesia sendiri juga pernah mencetak koin dengan campuran dua bahan sekaligus, yaitu nikel dan kuningan.
Meski demikian, sampai saat ini diketahui uang logam masih digunakan sebagai alat pembayaran sah untuk nominal tertentu. Hanya saja untuk nominalnya ini sangat kecil jika dibandingkan dengan bentuk kertas.
Ciri-ciri Uang Logam
Jika membahas mengenai sejarah uang logam, di Indonesia masih menggunakannya sebagai pelengkap jumlah transaksi. Hanya saja, terdapat beberapa ciri koin yang masih bisa digunakan untuk transaksi hingga saat ini.
Ciri-ciri ini umumnya akan lebih memudahkan Anda untuk mengenali koin yang masih sah untuk digunakan. Adapun berbagai cirinya, yakni sebagai berikut:
- Rp100 (emisi 2016) memiliki gambar bagian depan Prof. Dr. Ir. Herman Johannes sedangkan tampilan belakangnya tercantum tulisan nominal “100”. Pada koin tersebut mempunyai tebal 2mm dan berat 1,79g.
- Rp200 (emisi 2003) memiliki gambar bagian depan Garuda Pancasila, sedangkan tampilan belakangnya tercantum nominal “200” dan gambar burung Jalak Bali. Pada koin tersebut memiliki diameter: 25mm, tebal: 2,3mm, dan bobotnya 2,38g.
- Rp200 (emisi 2016) memiliki gambar bagian depan Dr. Tjipto Mangunkusumo, sedangkan tampilan belakang memiliki tulisan nominal “200”.
- Rp500 (emisi 2016) memiliki gambar bagian depan Letjen TNI T.B Simatupang, sedangkan tampilan belakang memiliki tulisan nominal “500”.
- Rp1000 (emisi 2010) memiliki gambar bagian depan Garuda Pancasila, sedangkan tampilan belakang memiliki tulisan nominal “1000”, gedung sate, dan angklung.
Kelebihan dan Kekurangan Uang Logam
Dari beberapa informasi yang sudah dijelaskan di atas seputar sejarah uang logam, tentu keberadaannya memiliki kekurangan dan kelebihan. Dalam hal tersebut, kelebihan maupun kekurangannya harus diketahui sebelum menggunakannya untuk transaksi. Adapun kelebihan dan kekurangan koin, yakni sebagai berikut:
1. Kelebihan
- Kuat dan tahan lama
- Sulit dipalsukan
- Memudahkan melakukan transaksi dengan nominal kecil
- Tidak mudah hilang
- Kualitas bahan dasarnya bisa dikontrol
2. Kekurangan
- Mempunyai bobot lebih berat dibandingkan uang kertas
- Kurang praktis
- Biaya produksinya cenderung mahal
- Cukup merepotkan jika membawa dalam jumlah banyak
Kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan koin tersebut bisa Anda pertimbangkan ketika ingin melakukan transaksi. Sesuai dengan sejarahnya, koin ini hanya memiliki nominal kecil dan biasanya dipakai untuk pelengkap transaksi saja.
Dari berbagai penjelasan di atas, pastinya Anda sudah memahami dan mengetahui seputar sejarah hingga kekurangan dan kelebihan penggunaan koin. Dengan mengetahui sejarah uang logam, maka akan lebih memaksimalkan Anda dalam melakukan transaksi menggunakan koin yang masih sah.