Sat. Jan 25th, 2025

Mengenal Doom Spending, Gaya Hidup Boros Para Gen-Z

Doom Spending Gen-Z

Di era digital, banyak fenomena baru yang muncul di kalangan anak muda, salah satunya adalah doom spending. Fenomena ini sering dialami oleh Gen-Z dan dikenal sebagai kebiasaan boros akibat kecemasan atau penyakit. Apa itu doom shopping dan mengapa bisa membuat boros? Mari kita bahas lebih lanjut.

Apa Itu Doom Spending?

Doom shopping atau spending mengacu pada perilaku berbelanja secara impulsif sebagai respon terhadap stres atau masyarakat. Fenomena ini makin marak di kalangan Gen-Z yang merasa khawatir tentang masa depan, seperti masalah keuangan, ekonomi global, atau pekerjaan.

Ketika seseorang merasa cemas, belanja sering kali dianggap sebagai obat untuk menenangkan perasaan tersebut, meski efeknya hanya sementara. Berbeda dengan berbelanja secara terencana, doom shopping lebih bersifat impulsif. Barang-barang yang dibeli biasanya tidak memiliki nilai jangka panjang dan hanya memberikan kesenangan sesaat. Hal ini menjadikan kebiasaan tersebut berefek buruk bagi kondisi keuangan pribadi​

Mengapa Gen-Z Rentan?

Gaya Hidup Boros Para Gen-Z

Ada beberapa faktor yang memicu malapetaka belanja di kalangan Gen-Z. Pertama, kecemasan ekonomi menjadi faktor utama. Banyak Gen-Z merasa kesulitan mencapai tujuan finansial, seperti membeli rumah atau kendaraan.

Ketidakmampuan untuk mencapai target besar ini sering kali membuat mereka merasa kecewa, dan sebagai pelarian, mereka cenderung melakukan pembelian barang-barang kecil yang memberikan kepuasan instan.

Selain itu, pengaruh media sosial juga ikut berperan. Platform seperti Instagram dan TikTok dipenuhi konten tentang gaya hidup mewah yang membuat banyak orang merasa perlu mengikuti tren tersebut. Hal ini meningkatkan tekanan psikologis dan mendorong orang untuk membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.

Dampak Jangka Panjang

Doom shopping dapat berdampak buruk pada kondisi keuangan jangka panjang. Banyak anak muda yang menghabiskan uang untuk barang-barang konsumtif, padahal seharusnya mereka mulai menabung atau berinvestasi untuk masa depan.

Jika kebiasaan ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin mereka terjebak dalam utang, terutama dengan maraknya layanan pay later atau cicilan online yang semakin mudah diakses.

Sebenarnya, banyak dari mereka yang sadar bahwa kebiasaan ini buruk, tetapi sulit dihentikan karena sudah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari. Ketika seseorang merasa tidak mampu membeli aset besar, seperti rumah atau investasi, mereka memilih menghabiskan uang untuk hal-hal yang ada di depan mata meskipun itu tidak membawa manfaat jangka panjang.

Cara Mengatasi Doom Spending

Mengatasi doom shopping memerlukan kesadaran dan pengendalian diri. Langkah pertama adalah menyusun anggaran yang jelas. Anda harus mengalokasikan berapa banyak uang yang bisa dibelanjakan untuk kebutuhan pokok, dan berapa banyak yang harus disisihkan untuk tabungan atau investasi.

Membangun kesadaran finansial juga sangat penting. Dengan mencatat pengeluaran dan memahami kondisi keuangan secara menyeluruh, Anda bisa menghindari pembelian impulsif. Selain itu, penting untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

Sebelum Anda membeli sesuatu, sebaiknya tanyakan pada diri sendiri dulu apakah barang tersebut memang benar-benar diperlukan atau hanya sekedar untuk kepuasan sesaat

Kesimpulan

Doom spending adalah fenomena yang banyak terjadi di kalangan Gen-Z akibat kecemasan dan pengaruh media sosial. Meskipun memberikan kesenangan sementara, kebiasaan ini dapat merusak keuangan pribadi dalam jangka panjang.

Dengan menyusun anggaran yang tepat dan membangun kesadaran finansial, Anda bisa menghindari kebiasaan boros ini dan mulai fokus pada tujuan keuangan yang lebih besar. Yuk biasakan menabung!

Related Post