Kepemimpinan Presiden Yoon Suk Yeol menghadapi berbagai tantangan yang mencakup keamanan nasional dan stabilitas ekonomi. Ketegangan geopolitik yang meningkat, terutama ancaman dari Korea Utara, membawa wacana darurat militer kembali menjadi perhatian, namun hal ini juga berdampak signifikan pada Korea Selatan.
Presiden Yoon Suk Yeol, menyatakan, bahwa ada pihak yang bekerja sama dengan Korea Utara untuk memakzulkan dirinya. Sehingga menimbulkan keputusan darurat militer di Korea Selatan.
Ketegangan Keamanan dan Pengaruhny.a pada Ekonomi
Kondisi keamanan yang panas memberikan tekanan pada sektor ini, terutama dalam bentuk intimidasi investasi asing. Dalam beberapa bulan terakhir, Korea Utara meningkatkan uji coba rudal, memaksa pemerintah Korea Selatan untuk memperkuat pertahanan anggaran.
Peningkatan belanja militer ini, meskipun penting untuk keamanan nasional, menempatkan anggaran negara yang sudah fokus pada pengelolaan defisit fiskal. Ditambah lagi, baru-baru ini presiden mengumumkan keadaan darurat militer, yang dinilai keputusan sepihak.
Hal ini cukup membuat rakyat Korea Selatan marah, sehingga memicu demo besar-besaran untuk pemakzulan presiden Yoon Suk Yeol. Namun, memang dalam sejarahnya, hanya ada satu presiden yang berhasil menjabat sampai masa akhir jabatan, yaitu presiden Moon Jae-In.
Sisanya, semua presiden diturunkan sebelum masa akhir jabatan mereka, seperti yang terjadi sekarang pada presiden Yoon Suk Yeol.
Kinerja Ekonomi di Era Yoon Suk Yeol
Korea Selatan di bawah Presiden Yoon diproyeksikan tumbuh sebesar 2,3% pada tahun 2024, sedikit meningkat dari tahun sebelumnya. Pemulihan ini terutama didorong oleh:
- Pemulihan Ekspor Semikonduktor: Ekspor semikonduktor, yang merupakan tulang punggung Korea, mulai bangkit setelah sebelumnya tertekan oleh menurunnya permintaan global.
- Inisiatif Energi Hijau: Investasi dalam energi terbarukan menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Namun, konsumsi domestik masih tertekan akibat tingginya beban rumah utang tangga. Peningkatan suku bunga global semakin memperparah situasi, membuat banyak keluarga Korea Selatan menahan pengeluaran mereka.
Keadaan ini juga membuat banyak rakyat Korea, memilih tidak menikah atau bahkan punya anak. Karena, mereka merasa di tengah beban yang berat, membangun keluarga hanya akan mempersulit diri sendiri.
Tantangan Jangka Panjang
Di era presiden Yoon Suk Yeol, korea menghadapi beberapa tantangan dalam perkembangannya. Tantangan ini meliputi ketimpangan sosial dan populasi pensiun semakin meningkat. Untuk memahami lebih dalam, berikut adalah informasinya:
1. Kesenjangan
Ketimpangan antara perusahaan besar dan UKM tetap menjadi isu besar. Kebijakan reformasi untuk mendukung UKM masih membutuhkan waktu untuk memberikan dampak nyata.
2. Populasi Pensiun
Dengan populasi yang menua cepat, beban pensiun dan pelayanan kesehatan terus meningkat, menekan anggaran pemerintah dalam jangka panjang. Selain itu, korea juga mengalami krisis populasi tenaga muda, dimana mereka lebih senang menunda punya anak.
3. Ketergantungan pada Ekspor
Ketergantungan Korea pada ekspor membuatnya sangat rentan terhadap ancaman global, termasuk ketegangan perdagangan antara AS dan China. Sehingga, mereka belum dikatakan mandiri, baik dalam hal sumber daya dalam swasembada pangan.
Hal ini berisiko jika mungkin terjadi ketegangan global, kemudian negara-negara lain menghentikan ekspor, maka Korea akan kesulitan.
Meski Korea Selatan menghadapi ketegangan geopolitik dan tantangan yang signifikan di bawah pemerintahan Yoon Suk Yeol, kebijakan yang terfokus pada pemulihan ekspor, pengembangan teknologi, dan energi hijau memberikan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi di masa depan. Namun, memastikan stabilitas keamanan tetap menjadi kunci utama bagi berlanjutnya kemajuan mereka.